Jumat, 30 September 2016

Kesucian Sang Bunga









Sore ini hamparan langit diselimuti awan hitam berarak gerimis. Mentari yang biasanya bercumbu dengan awan jingga kini tak terlihat lagi, burung-burung sudah bersembunyi di sarangnya, berlindung di balik rindang dedaunan yang di terpa angin, mengundang dingin menjelang membawa hujan yang begitu lebat, tampaknya bulan sabit dan para bintang akan datang terlambat tuk bersenda gurau di pekatnya malam, jalan-jalan sepi, hanya ada satu dua mobil yang berlalu-lalang. 
Hujan terus berderai mengantar sore menjemput malam, orang-orang enggan beraktifitas, mereka lebih memilih melihat buah hati bercanda di ladang yang mereka bina, mereka lebih memilih menikmati segelas kopi panas di depan tayangan televisi bersama keluarga, di tengah-tengah orang yang enggan beraktifitas itu, seorang wanita muda berkerudung biru serasi dengan celana hitam dan baju terusan berwarna senada dengan kerudungnya, berlari-lari kecil di sebuah halaman rumah, membentangkan kedua tangannya berputar-putar seakan-akan ingin terbang. Wanita itu terlihat begitu bahagia, meski hujan lebat membasahi wajahnya, menghujam bibir mungil dalam balutan paras elok nan rupawan itu, namun senyumnya masih tampak jelas sangat berseri-seri, terus berlari, terus membentangkan tangan, terus tersenyum, sesekali berhenti lalu memejamkan mata, melipat tangannya dengan jari-jari bersatu erat, kemudian kembali berlari sambil bernyanyi dan menari, menyanyikan lagu senandung cinta.
“AKU INGIN MENJADI MIMPI INDAH DALAM TIDURMU

AKU INGIN MENJADI SESUATU YANG MUNGKIN BISA KAU RINDU

KARENA LANGKAH MERAPUH TANPA DIRIMU

KARENA HATI TLAH LETIH”

Wanita itu bernyanyi sambil berteriak dengan bertengadah sengaja agar wajah cantiknya  dibelai air hujan.

KAU SEPERTI NYANYIAN DALAM HATIKU YANG MEMANGGIL RINDUKU PADAMU

KAU SEPERTI UDARA YANG KU HELA KAU SELALU ADA

LA LA LA LA LE, LA LA LA LA LA LA LEEEE….
Sambungnya lagi, tetap membentangkan tangan sambil berputar-putar dan memejamkan mata, membiarkan angannya terbang tinggi.

Melati!!! Ayo cepat masuk, kita sudah ditunggu Abi dan Ummi. Tiba-tiba suara itu menghentikan tarian wanita itu.

Dengan wajah yang masih berseri-seri, dia pun segera masuk ke rumah. Mandi, berganti pakaian dan dia pun segera naik ke mobil yang memang sudah menunggu dengan wajah cemberut. Mobil pun melaju dengan pasti. Meninggalkan halaman rumah, menyusuri jalan aspal yang sudah tergenang oleh hujan, Melati yang sedang berbahagia itu masih tersenyum dan melamun sendiri.

“Melati…. Hei Melati, Ada apa sih denganmu?” Tanya wanita yang memanggil tadi.

“Eeee….iya kak,” jawab Melati terbangun dari khayalan membuat sisa lamunannya di guyur hujan, ternyata wanita yang memanggil itu adalah Sarah, kakak kandung Melati.

“Kamu itu aneh, setelah kakak beri tahu kalau kamu sudah dilamar Arman, kenapa kamu seperti ini, terlalu senang atau terlalu sedih hingga nekat hujan-hujanan.” ucap kak sarah pada adiknya. 
“Kak Sarah, gak lihat kalau wajahku ini sedang bahagia.” Sahut Melati sambil nyengir memperlihatkan wajahnya pada kakaknya.

“Kak…tadi itu sebagian ungkapan rasa syukur Melati kepada Allah. Kakak tahu, Allah itu sangat baik sama Melati. Setiap do’a yang Melati panjatkan, Allah selalu memberikan jawaban, bahkan Allah memberikan lebih dari yang Melati pinta. Sebulan yang lalu Melati baru lulus kuliah dengan hasil yang sangat memuaskan. Sekarang mendapatkan berita kalau pria yang selama ini Melati dambakan telah melamarku. Bagaimana aku bisa sedih kalau seperti itu kak?” Jelas Melati.

“Haaa….!! Yang kau dambakan,” sahut Sarah keheranan.
“Ternyata kamu sudah menyimpan perasaan pada Arman?! Pantas Abi tidak menanyakan lagi masalah itu padamu. Rupanya Abi sudah tahu akan perasaanmu. Dua minggu yang lalu Arman datang ke Rumah dan berniat taaruf denganmu, waktu itu kamu masih di pengajian. Abi bilang, untuk apa ada taaruf kalau kalian sudah saling kenal sejak duduk di Madrasah Tsanawiyah. Karena itu juga Abi menyarankan pada Arman untuk langsung melamarmu saja. Dan Arman pun setuju,” ucap Sarah panjang lebar.
“Tapi, Kenapa kakak baru memberitahukan padaku hari ini?” Tanya Melati.

“Karena kata Ummi nanti saja memberitahukan kabar bahagia ini padamu, kalau orang tua Arman sudah bersilaturrahmi ke rumah kita. Nah, malam inikan mereka mau bersilaturrahmi sekaligus membicarakan tanggal yang tepat untuk pernikahan kalian. baru akan dikasih tahu. Kata Ummi biar surprise!” Jawab Sarah sambil tersenyum.

Perjalanan dari rumah Sarah yang berjarak 40 menit ke rumah Orang tuanya itu tidak terasa sudah dilalui dengan canda tawa. Melati sebenarnya masih tinggal bersama dengan Orang tuannya, tapi sewaktu-waktu, Melati bermain ke rumah kakaknya,

Mobil sudah sampai di depan rumah orang tua mereka. Langit masih terlihat gerimis, setelah mobil terparkir di halaman, merekapun langsung masuk ke dalam rumah. Tak lupa mengucapkan salam, yang langsung dibalas dengan salam juga oleh Ibunya yang membukakan pintu. Kedatangan mereka memang sudah ditunggu.
*******




Tak lama berselang Rijal suami Sarah datang dari bekerja, karena sudah di beritahukan via telepon, maka rijal langsung menuju ke rumah mertuanya. Malam itu seluruh keluarga berkumpul di ruang tamu. Rijal suami Sarah sudah rapi dengan kemeja kotak-kotak berwarna coklat muda. Sarah memakai baju terusan warna hijau serasi dengan kerudung putih yang dipakainya. Ayah dan Ibu Melati kompak memakai baju berwarna putih, Ibu begitu anggun mengenakan kerudung berwarna biru. Tapi malam itu yang terlihat paling cantik dan menawan adalah Melati sang bunga. Melati memakai baju terusan berwarna merah dengan berbalut kerudung berwarna merah muda. Sangat pas dengan warna kulitnya yang  putih bersih.
Arman dan Melati memang sudah saling mencintai sejak duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah. Akan tetapi mereka berpisah dan tidak saling berkomunikasi lagi setelah menyelesaikan sekolah mereka ditingkat Madrasah Aliyah. Hal itu dikarenakan Arman yang meneruskan studinya di Universitas Tekhnologi Sydney dan Melati yang meneruskan studinya di Universitas swasta di Surabaya. Setelah beberapa tahun tidak bertemu, akhirnya mereka dipertemukan dalam proses lamaran. 
Dari pertemuan dua keluarga itu, akhirnya disepakati kalau pernikahan Arman dan Melati akan dilangsungkan dua bulan lagi. 
                                          ********

Berita tentang rencana pernikahan Arman dan Melati telah tersebar di seluruh kota. Semua orang tampaknya sangat senang dengan rencana pernikahan mereka. Segala sesuatupun sudah mulai dipersiapkan.
Pernikahan sudah kurang satu bulan lagi, tapi sore itu Melati minta ijin ke Ayahnya untuk pergi sendirian dengan memakai motornya. Sebenarnya Ayahnya melarang Melati untuk pergi, tapi Melati tetap berkeras hati. Melati beralasan ingin membagikan sendiri undangan pernikahannya kepada teman-teman terdekatnya. Dia tidak ingin undangan pernikahannya itu dibagikan oleh orang lain. Baginya hari itu adalah kesempatan terakhirnya untuk saling bercengkrama dengan bebas bersama teman-temannya. Karena sebulan kemudian statusnya akan berubah menjadi seorang istri, yang tidak mungkin lagi bebas bepergian tanpa ijin dari suami. 
Diujung komplek tempat tinggalnya, Melati menghentikan laju motornya. Beberapa pemuda yang sedang asyik mabuk-mabukan menghadang dirinya. Salah satu dari pemuda yang tampaknya ketua gerombolan itu, menghampirinya.
“Halo.. manis!! Mau kemana sayang? Ayo temenin Abang di sini dulu..,” ucap pemuda itu, ngawur.
“Astaghfirullah!! Jaki…tolong beri jalan, Melati  ada keperluan. Melati mohon, Melati  tidak pernah mengganggu kalian jadi tolong jangan ganggu Melati juga,” jawab Melati tenang.
Siapa yang mau ganggu kamu Neng…kami cuman ingin ngobrol sebentar sama anak gadisnya pak Ustadz,” ucap pemuda itu lagi sambil mencolek dagu Melati.
“Jaki…jangan kurang ajar! Kalau kalian masih menghalangi jalanku, aku akan teriak sampai orang-orang datang ke sini,”  teriak Melati tegas sambil menepis tangan Jaki yang masih menempel di dagunya.
“Eit…jangan galak kayak gitu dong!! Kan Neng mau nikah bulan depan, tapi…. ok lah silahkan lewat, dari pada nanti kita dihajar oleh anak pejabat itu, karena membuat Neng yang satu ini ketakutan,ucap Jaki sinis.
Akhirnya Melati bisa melewati Gerombolan yang selalu meresahkan warga itu. Gerombolan  itu sudah sering menggoda para gadis, termasuk Melati. Bahkan Jaki ketua gerombolan itu pernah ditampar Melati karena perlakuannya yang tidak sopan. Gerombolan  itu sudah sering diberi nasehat oleh Ayahnya Melati tapi mereka tetap saja melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.

                                        *********

Tak terasa hari sudah senja, Melati bergegas pulang dari rumah temannya. Karena keasyikan mengobrol, Melati jadi lupa waktu. Ditengah perjalanan, Melati menghentikan motornya di masjid terdekat karena adzan maghrib telah berkumandang, segera mengambil air wudhu dan mendirikan shalat maghrib berjama’ah. Menggunakan mukena yang selalu Melati bawa di motornya.
Setelah menunaikan shalat maghrib, Melati mengambil motornya yang telah terparkir. Ketika hendak menghidupkan mesin motornya, Melati dikejutkan oleh suara pria yang memanggilnya.
          “Melati!!!"
Melati pun menoleh ke arah suara itu.
"Dari mana kamu, Maafkan atas sikapku tadi sore ya… aku khilaf.”
          “Oh.. kamu Jaki! Aku baru dari rumah teman. Karena sudah maghrib makanya aku mampir dulu ke sini. Sejak tadi sore aku sudah memaafkanmu, tapi aku harap kamu tidak mengulangi hal itu lagi. Padaku maupun gadis yang lainnya,” sahut Melati tulus.
“Syukurlah kamu mau memaafkan aku. Aku tadi ada urusan dengan temanku yang ada di pasar di belakang masjid ini. Pas aku lewat di sini aku melihat kamu, makanya aku panggil. Sekarang kamu mau pulang??” Tanya Jaki.
            "Iya..aku mau pulang! Kamu sudah sholat ? Sahut Melati.
            “E.e.e.. ssusudah!! Aku nebeng sama kamu ya, aku juga mau pulang.. habis angkot kalo jam segini nggak ada lagi. Mau jalan kaki masih jauh, aku ikut ya..??
“Tapi….”
Belum sempat Melati berkata-kata. Jaki langsung mengambil kunci motor yang dipegangnya.
“Ayo… Melati naik!! Hitung-hitung nolong orang, biar pahala kamu makin bertambah.” Dalih Jaki.
Setelah lama berpikir, akhirnya Melati mau juga pulang bersama. Jaki yang mengendarai motornya dan Melati duduk di belakang. Banyak pasang mata yang melihat Melati di bonceng oleh jaki, disepanjang perjalanan Melati selalu beristighfar, karena dia tahu kalau apa yang dilakukannya sekarang adalah perbuatan yang tidak benar.
Seperti ada yang membisikkan sesuatu di telinga Jaki, niat buruk Jaki pun timbul ketika jalan-jalan yang mereka lalui terlihat sepi. Perasaan Melati pun tak karuan ketika Jaki semakin kencang mengendarai motornya. Hati Melati semakin was-was saat Jaki menghentikan motornya di tempat yang remang-remang dan sepi. Tempat ini asing bagi Melati.
“Jaki…jalan kemana ini? Dan kenapa kamu menghentikan motornya di sini? Tanya Melati penuh kecemasan.
“Ini jalan pintas biar kita cepat sampai ke rumahmu. A.a.aku ingin buang air kecil dulu di sana.” Jawab Jaki terbata-bata sambil menunjukkan tempat yang dia maksud.
Melati kian gelisah. Jaki meninggalkan Melati sendiri karena dia ingin membuang air kecil. Namun tak berapa lama kemudian Melati menggigil ketakutan karena Jaki memeluk erat dirinya dari belakang dan membekap mulutnya. Jaki menarik paksa Melati kesemak belukar. Setelah dia rasa sudah cukup jauh dari jalan tempat dia menghentikan motor tadi, Jaki langsung menghempaskan badan Melati ke tanah.
Apa yang ingin kamu lakukan Jaki?? Jaki tolong kuasai dirimu, sadarlah, istighfar!!” ucap Melati dengan penuh ketakutan setelah melihat Jaki yang mulai mencopot pakaiannya sendiri satu persatu.
“Kamu masih bertanya, aku mau apa?!?! Tentunya kamu tahu apa yang aku inginkan darimu. Aku sudah sangat bersabar menghadapimu, aku sudah lama menyukai dan mencintaimu. Tapi kamu tak pernah menghiraukannya bahkan kamu tampar aku di depan umum. Dan bulan depan kamu akan menikah dengan orang lain. Kamu pikir aku rela melepaskanmu begitu saja?! TIDAK…sayang! Sebelum orang lain menikmati tubuh indahmu, akulah yang harus menikmatinya terlebih dahulu,” sahut Jaki dengan penuh dendam dan amarah.
Melati yang sudah sangat ketakutan dan terus menangis berusaha melarikan diri dari cengkraman Jaki. Tapi baru saja dia mulai merangkak, kakinya langsung ditarik oleh jaki dengan penuh keganasan. Melati pun berteriak minta tolong, tapi percuma tidak ada orang yang mendengar teriakannya itu. Dengan sekuat tenaga Melati berupaya melepaskan diri dari pelukan Jaki, tapi dia tak kuasa. Tubuh Melati tidak kuat melawan tubuh Jaki yang kekar dan berotot. Jaki pun seperti binatang buas, merobek-robek pakaian Melati.
“JANGAN!!” Teriak Melati yang terkulai tak berdaya. Karena mendapat pukulan dari Jaki.
Saat itulah datang seorang pemuda yang melintas dan segera menolong Melati. Niat buruk Jakipun akhirnya tak terlaksanakan, Jaki melarikan diri dengan luka akibat pukulan sang pemuda, Melati yang tampak shock hanya bisa duduk menangis memandangi pemuda itu, sambil melipat kedua kakinya menutupi auratnya. Melati sudah setengah telanjang. Melihat hal itu pemuda tadi pun seakan mendapatkan bisikan, akhirnya sang pemuda melepaskan baju dan celana jeansnya, dan hanya menyisakan kaos oblong dan celana pendek untuk menahan dingin di tubuhnya.
Melihat pemuda itu membuka baju dan celananya, Melati semakin ketakutan. Ia  tampaknya shock berat, badannya ingin meronta, mulutnya ingin berteriak, tapi semua terasa percuma, hanya gemetar yang Melati bisa. Sang pemudapun mendekati tubuh Melati, memegang kedua tangannya. Melati berusaha meronta, tapi percuma tenaga pemuda itu lebih kuat dari jaki, hanya tatapan mata Melati yang menunjukkan bahwa ia sedang ketakutan. Badannya menegang, sendi-sendinya seakan membeku, tubuhnya terus gemetar. Melati hanya bisa berserah, hanya tatapan dan air mata zahra yang bisa melihat apa yang pemuda itu lakukan.

                         *****BERSAMBUNG*****