Sore ini hamparan langit diselimuti awan hitam berarak gerimis. Mentari
yang biasanya bercumbu dengan awan jingga kini tak terlihat lagi, burung-burung
sudah bersembunyi di sarangnya, berlindung di balik rindang dedaunan yang di
terpa angin, mengundang dingin menjelang membawa hujan yang begitu lebat, tampaknya
bulan sabit dan para bintang akan datang terlambat tuk bersenda gurau di
pekatnya malam, jalan-jalan sepi, hanya ada satu dua mobil yang berlalu-lalang.
Hujan terus berderai mengantar sore menjemput malam, orang-orang
enggan beraktifitas, mereka lebih memilih melihat buah hati bercanda di ladang
yang mereka bina, mereka lebih memilih menikmati segelas kopi panas di depan tayangan
televisi bersama keluarga, di tengah-tengah orang yang enggan beraktifitas itu, seorang wanita muda berkerudung biru serasi dengan
celana hitam dan baju terusan berwarna senada dengan kerudungnya, berlari-lari
kecil di sebuah halaman rumah, membentangkan kedua tangannya berputar-putar
seakan-akan ingin terbang. Wanita itu terlihat begitu bahagia, meski hujan
lebat membasahi wajahnya, menghujam bibir mungil dalam balutan paras elok nan
rupawan itu, namun senyumnya masih tampak jelas sangat berseri-seri, terus
berlari, terus membentangkan tangan, terus tersenyum, sesekali berhenti lalu
memejamkan mata, melipat tangannya dengan jari-jari bersatu erat, kemudian
kembali berlari sambil bernyanyi dan menari, menyanyikan lagu senandung cinta.
“AKU INGIN MENJADI MIMPI INDAH DALAM TIDURMU
AKU INGIN MENJADI SESUATU YANG MUNGKIN BISA KAU RINDU
KARENA LANGKAH MERAPUH TANPA DIRIMU
KARENA HATI TLAH LETIH”
Wanita itu bernyanyi sambil berteriak dengan bertengadah sengaja agar
wajah cantiknya dibelai air hujan.
KAU SEPERTI NYANYIAN DALAM HATIKU YANG MEMANGGIL RINDUKU PADAMU
KAU SEPERTI UDARA YANG KU HELA KAU SELALU ADA
LA LA LA LA LE, LA LA LA LA LA LA LEEEE….
Sambungnya lagi, tetap membentangkan tangan sambil berputar-putar dan
memejamkan mata, membiarkan angannya terbang tinggi.
“Melati!!! Ayo cepat masuk, kita sudah ditunggu Abi dan Ummi.”
Tiba-tiba suara itu menghentikan tarian wanita itu.
Dengan wajah yang masih berseri-seri, dia pun segera masuk ke rumah. Mandi,
berganti pakaian dan dia pun segera naik ke mobil yang memang sudah menunggu
dengan wajah cemberut. Mobil pun melaju dengan pasti. Meninggalkan halaman
rumah, menyusuri jalan aspal yang sudah tergenang oleh hujan, Melati yang
sedang berbahagia itu masih tersenyum dan melamun sendiri.
“Melati…. Hei Melati, Ada apa sih denganmu?” Tanya wanita yang memanggil
tadi.
“Eeee….iya kak,” jawab Melati terbangun dari khayalan membuat sisa
lamunannya di guyur hujan, ternyata wanita yang memanggil itu adalah Sarah,
kakak kandung Melati.
“Kamu itu aneh, setelah kakak beri tahu kalau kamu sudah dilamar Arman,
kenapa kamu seperti ini, terlalu senang atau terlalu sedih hingga nekat
hujan-hujanan.” ucap kak sarah pada adiknya.
“Kak Sarah, gak lihat kalau wajahku ini sedang bahagia.”
Sahut Melati sambil nyengir memperlihatkan wajahnya pada kakaknya.
“Kak…tadi itu sebagian ungkapan rasa syukur Melati kepada Allah. Kakak
tahu, Allah itu sangat baik sama Melati. Setiap do’a yang Melati panjatkan, Allah
selalu memberikan jawaban, bahkan Allah memberikan lebih dari yang Melati
pinta. Sebulan yang lalu Melati baru lulus kuliah dengan hasil yang sangat
memuaskan. Sekarang mendapatkan berita kalau pria yang selama ini Melati dambakan
telah melamarku. Bagaimana aku bisa sedih kalau seperti itu kak?”
Jelas Melati.
“Haaa….!! Yang kau dambakan,” sahut Sarah keheranan.
“Ternyata kamu sudah menyimpan
perasaan pada Arman?! Pantas Abi tidak menanyakan lagi masalah itu padamu.
Rupanya Abi sudah tahu akan perasaanmu. Dua minggu yang lalu Arman datang ke
Rumah dan berniat taaruf denganmu, waktu itu kamu masih di pengajian. Abi bilang,
untuk apa ada taaruf kalau kalian sudah saling kenal sejak duduk di Madrasah
Tsanawiyah. Karena itu juga Abi menyarankan pada Arman untuk langsung melamarmu
saja. Dan Arman pun setuju,” ucap Sarah panjang lebar.
“Tapi, Kenapa kakak baru memberitahukan padaku hari ini?” Tanya
Melati.
“Karena kata Ummi nanti saja memberitahukan kabar bahagia ini padamu,
kalau orang tua Arman sudah bersilaturrahmi ke rumah kita. Nah, malam inikan
mereka mau bersilaturrahmi sekaligus membicarakan tanggal yang tepat untuk
pernikahan kalian. baru akan dikasih tahu. Kata Ummi biar surprise!”
Jawab Sarah sambil tersenyum.
Perjalanan dari rumah Sarah yang berjarak 40 menit ke rumah Orang tuanya
itu tidak terasa sudah dilalui dengan canda tawa. Melati sebenarnya masih tinggal
bersama dengan Orang tuannya, tapi sewaktu-waktu, Melati bermain ke rumah
kakaknya,
Mobil sudah sampai di depan rumah orang tua mereka. Langit masih
terlihat gerimis, setelah mobil terparkir di halaman, merekapun langsung masuk
ke dalam rumah. Tak lupa mengucapkan salam, yang langsung dibalas dengan salam
juga oleh Ibunya yang membukakan pintu. Kedatangan mereka memang sudah ditunggu.
*******
Tak lama berselang Rijal suami Sarah datang dari
bekerja, karena sudah di beritahukan via telepon, maka rijal langsung menuju ke
rumah mertuanya. Malam itu seluruh keluarga berkumpul di ruang tamu. Rijal
suami Sarah sudah rapi dengan kemeja kotak-kotak berwarna coklat muda. Sarah
memakai baju terusan warna hijau serasi dengan kerudung putih yang
dipakainya. Ayah dan Ibu Melati kompak memakai baju berwarna putih, Ibu begitu
anggun mengenakan kerudung berwarna biru. Tapi malam itu yang terlihat paling
cantik dan menawan adalah Melati sang bunga. Melati memakai baju terusan
berwarna merah dengan berbalut kerudung berwarna merah muda. Sangat pas dengan
warna kulitnya yang putih bersih.
Arman dan Melati memang sudah saling mencintai sejak
duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah. Akan tetapi mereka berpisah dan tidak
saling berkomunikasi lagi setelah menyelesaikan sekolah mereka ditingkat
Madrasah Aliyah. Hal itu dikarenakan Arman yang meneruskan studinya di
Universitas Tekhnologi Sydney dan Melati yang meneruskan studinya di
Universitas swasta di Surabaya. Setelah beberapa tahun tidak bertemu, akhirnya
mereka dipertemukan dalam proses lamaran.
Dari pertemuan dua keluarga itu, akhirnya disepakati
kalau pernikahan Arman dan Melati akan dilangsungkan dua bulan lagi.
********
Berita tentang rencana pernikahan Arman dan Melati
telah tersebar di seluruh kota. Semua orang tampaknya sangat senang dengan
rencana pernikahan mereka. Segala sesuatupun sudah mulai dipersiapkan.
Pernikahan sudah kurang satu bulan lagi, tapi sore itu
Melati minta ijin ke Ayahnya untuk pergi sendirian dengan memakai motornya. Sebenarnya
Ayahnya melarang Melati untuk pergi, tapi Melati tetap berkeras hati. Melati
beralasan ingin membagikan sendiri undangan pernikahannya kepada teman-teman
terdekatnya. Dia tidak ingin undangan pernikahannya itu dibagikan oleh orang
lain. Baginya hari itu adalah kesempatan terakhirnya untuk saling bercengkrama
dengan bebas bersama teman-temannya. Karena sebulan kemudian statusnya akan
berubah menjadi seorang istri, yang tidak mungkin lagi bebas bepergian tanpa
ijin dari suami.
Diujung komplek tempat tinggalnya, Melati menghentikan
laju motornya. Beberapa pemuda yang sedang asyik mabuk-mabukan menghadang
dirinya. Salah satu dari pemuda yang tampaknya ketua gerombolan itu,
menghampirinya.
“Halo.. manis!! Mau kemana sayang? Ayo temenin
Abang di sini dulu..,” ucap pemuda itu, ngawur.
“Astaghfirullah!! Jaki…tolong beri jalan, Melati ada keperluan. Melati mohon, Melati tidak pernah mengganggu kalian jadi tolong
jangan ganggu Melati juga,” jawab Melati tenang.
“Siapa yang mau ganggu kamu Neng…kami cuman
ingin ngobrol sebentar sama anak gadisnya pak Ustadz,” ucap pemuda itu lagi
sambil mencolek dagu Melati.
“Jaki…jangan kurang ajar! Kalau kalian masih
menghalangi jalanku, aku akan teriak sampai orang-orang datang ke sini,” teriak Melati tegas sambil menepis tangan Jaki
yang masih menempel di dagunya.
“Eit…jangan galak kayak gitu dong!! Kan Neng mau
nikah bulan depan, tapi…. ok lah silahkan lewat, dari pada nanti kita dihajar oleh
anak pejabat itu, karena membuat Neng yang satu ini ketakutan,” ucap Jaki sinis.
Akhirnya Melati bisa melewati Gerombolan yang selalu
meresahkan warga itu. Gerombolan itu
sudah sering menggoda para gadis, termasuk Melati. Bahkan Jaki ketua gerombolan
itu pernah ditampar Melati karena perlakuannya yang tidak sopan. Gerombolan itu sudah sering diberi nasehat oleh Ayahnya Melati
tapi mereka tetap saja melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.
*********
Tak terasa hari sudah senja, Melati bergegas pulang
dari rumah temannya. Karena keasyikan mengobrol, Melati jadi lupa waktu.
Ditengah perjalanan, Melati menghentikan motornya di masjid terdekat karena adzan
maghrib telah berkumandang, segera mengambil air wudhu dan mendirikan shalat
maghrib berjama’ah. Menggunakan mukena yang selalu Melati bawa di motornya.
Setelah menunaikan shalat maghrib, Melati mengambil
motornya yang telah terparkir. Ketika hendak menghidupkan mesin motornya, Melati
dikejutkan oleh suara pria yang memanggilnya.
“Melati!!!"
Melati pun menoleh ke arah suara itu.
"Dari mana kamu, Maafkan atas sikapku tadi sore ya… aku khilaf.”
“Oh.. kamu Jaki! Aku baru dari
rumah teman. Karena sudah maghrib makanya aku mampir dulu ke sini. Sejak tadi
sore aku sudah memaafkanmu, tapi aku harap kamu tidak mengulangi hal itu lagi.
Padaku maupun gadis yang lainnya,” sahut Melati tulus.
“Syukurlah kamu mau memaafkan aku. Aku tadi ada
urusan dengan temanku yang ada di pasar di belakang masjid ini. Pas aku lewat
di sini aku melihat kamu, makanya aku panggil. Sekarang kamu mau pulang??” Tanya Jaki.
"Iya..aku
mau pulang! Kamu sudah sholat ? Sahut Melati.
“E.e.e.. ssusudah!! Aku nebeng
sama kamu ya, aku juga mau pulang.. habis angkot kalo jam segini nggak ada
lagi. Mau jalan kaki masih jauh, aku ikut ya..??
“Tapi….”
Belum sempat Melati berkata-kata. Jaki langsung
mengambil kunci motor yang dipegangnya.
“Ayo… Melati naik!! Hitung-hitung nolong orang, biar
pahala kamu makin bertambah.” Dalih Jaki.
Setelah lama berpikir, akhirnya Melati mau juga pulang
bersama. Jaki yang mengendarai motornya dan Melati duduk di belakang. Banyak
pasang mata yang melihat Melati di bonceng oleh jaki, disepanjang perjalanan Melati
selalu beristighfar, karena dia tahu kalau apa yang dilakukannya sekarang
adalah perbuatan yang tidak benar.
Seperti ada yang membisikkan sesuatu di telinga Jaki,
niat buruk Jaki pun timbul ketika jalan-jalan yang mereka lalui terlihat sepi.
Perasaan Melati pun tak karuan ketika Jaki semakin kencang mengendarai
motornya. Hati Melati semakin was-was saat Jaki menghentikan motornya di tempat
yang remang-remang dan sepi. Tempat ini asing bagi Melati.
“Jaki…jalan kemana ini? Dan kenapa kamu menghentikan
motornya di sini? Tanya Melati penuh kecemasan.
“Ini jalan pintas biar kita cepat sampai ke
rumahmu. A.a.aku ingin buang air kecil dulu di sana.” Jawab Jaki
terbata-bata sambil menunjukkan tempat yang dia maksud.
Melati kian gelisah. Jaki meninggalkan Melati sendiri
karena dia ingin membuang air kecil. Namun tak berapa lama kemudian Melati
menggigil ketakutan karena Jaki memeluk erat dirinya dari belakang dan membekap
mulutnya. Jaki menarik paksa Melati kesemak belukar. Setelah dia rasa sudah
cukup jauh dari jalan tempat dia menghentikan motor tadi, Jaki langsung
menghempaskan badan Melati ke tanah.
“Apa yang ingin kamu lakukan Jaki?? Jaki tolong
kuasai dirimu, sadarlah, istighfar!!” ucap Melati dengan
penuh ketakutan setelah melihat Jaki yang mulai mencopot pakaiannya sendiri
satu persatu.
“Kamu masih bertanya, aku mau apa?!?! Tentunya
kamu tahu apa yang aku inginkan darimu. Aku sudah sangat bersabar menghadapimu,
aku sudah lama menyukai dan mencintaimu. Tapi kamu tak pernah menghiraukannya
bahkan kamu tampar aku di depan umum. Dan bulan depan kamu akan menikah dengan
orang lain. Kamu pikir aku rela melepaskanmu begitu saja?! TIDAK…sayang! Sebelum
orang lain menikmati tubuh indahmu, akulah yang harus menikmatinya terlebih
dahulu,” sahut Jaki dengan penuh dendam dan amarah.
Melati yang sudah sangat ketakutan dan terus menangis
berusaha melarikan diri dari cengkraman Jaki. Tapi baru saja dia mulai merangkak,
kakinya langsung ditarik oleh jaki dengan penuh keganasan. Melati pun berteriak
minta tolong, tapi percuma tidak ada orang yang mendengar teriakannya itu.
Dengan sekuat tenaga Melati berupaya melepaskan diri dari pelukan Jaki, tapi
dia tak kuasa. Tubuh Melati tidak kuat melawan tubuh Jaki yang kekar dan
berotot. Jaki pun seperti binatang buas, merobek-robek pakaian Melati.
“JANGAN!!” Teriak Melati yang
terkulai tak berdaya. Karena mendapat pukulan dari Jaki.
Saat itulah datang seorang pemuda yang melintas dan
segera menolong Melati. Niat buruk Jakipun akhirnya tak terlaksanakan, Jaki
melarikan diri dengan luka akibat pukulan sang pemuda, Melati yang tampak shock
hanya bisa duduk menangis memandangi pemuda itu, sambil melipat kedua kakinya
menutupi auratnya. Melati sudah setengah telanjang. Melihat hal itu pemuda tadi
pun seakan mendapatkan bisikan, akhirnya sang pemuda melepaskan baju dan celana
jeansnya, dan hanya menyisakan kaos oblong dan celana pendek untuk menahan
dingin di tubuhnya.
Melihat pemuda itu membuka baju dan celananya, Melati
semakin ketakutan. Ia tampaknya shock
berat, badannya ingin meronta, mulutnya ingin berteriak, tapi semua terasa
percuma, hanya gemetar yang Melati bisa. Sang pemudapun mendekati tubuh Melati,
memegang kedua tangannya. Melati berusaha meronta, tapi percuma tenaga pemuda
itu lebih kuat dari jaki, hanya tatapan mata Melati yang menunjukkan bahwa ia
sedang ketakutan. Badannya menegang, sendi-sendinya seakan membeku, tubuhnya
terus gemetar. Melati hanya bisa berserah, hanya tatapan dan air mata zahra
yang bisa melihat apa yang pemuda itu lakukan.
*****BERSAMBUNG*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar