Gerimis
senja mengantar malam terasa lebih cepat.
Mentaripun
sudah pulang sejak mendung berarak tadi.
Semoga
malam ini rembulan akan datang.
Menemaniku
menyampaikan perasaan yang tak akan kuwakilkan.
Perasaan
hati kepada anak-anakku.
Selamat
malam Nak.
Duduklah
sini dekat bapak.
Bersama-sama
kita tunggu rembulan.
Ku
ceritakan tentang sejauh apa bapak menyentuh impian.
Demi
kebahagiaan kalian.
Juga
maafkan bapak jika tak cukup waktu untuk melihatmu tumbuh, belajar dan bermain.
KANU...
Bapak
tak mempunyai kaki seribu.
Hingga
tak bisa dengan cepat membawamu lari dari kenyataan.
Tangan
bapak juga tak berbulu untuk membuat bapak bisa terbang.
Jadi
tak bisa ku bawa engkau ke angkasa tuk melihat indahnya dunia.
Bapak
hanya bisa haturkan ini saja Nak.
Haturkan
secuil bekalmu tuk meniti masa depan.
Karena
bapak percaya.
Dengan
diammu engkau akan membuat bapak merasa ada.
ABEL...
Karena
nakalmu detak jantung bapak kadang memainkan melody kemarahan.
Kadang
bapak juga tak mengerti.
Kenapa
saat kamu bernyanyi.
Egoku
akan langsung menari.
Hingga
ingin ku tarik taplak meja.
Agar
semua yang ada di atasnya jatuh berserakan.
Berantakan
dan hancur.
Namun
karena engkaulah bapak merasa bisa lebih berarti.
Karena
engkau jualah bapak bisa mengerti.
Bahwa...!!
ada
kalanya seseoarang itu harus mengurangi emosinya.
Belajar
bersabar.
Belajar
menghargai.
Belajar
mempercayai.
Belajar
memperlakukan seseorang selayaknya mereka memperlakukan kita.
Dengan
nakalmu engkau membuat bapak menjadi tahu.
Betapa
berartinya ikatan sebuah teman itu.
TATA...
Seperti
yang sudah bapak tuliskan.
Bapak
tak lagi berkeberanian tanpa tawa riangmu.
Senyummu
adalah sumber gerakku.
Suaramu
adalah tumpuan semangatku.
Bukan
lantaran kamu bungsu.
Hingga
apa yang kau mau tetap bapak berikan.
Bukan
sebab engkau wanita.
Hingga
apa yang kau pinta tetap bapak haturkan.
Tapi...karena
engkaulah yang kan menyatukan kita sekeluarga.
Dengan
celotehmu engkau membuat bapak merasa berharga.
Kalian
memang berbeda.
Tapi
tak sedikitpun bapak membedakan cinta dan kasih sayang yang diberikan.
ISTRIKU....
Terima
kasih untukmu yang tiada batas.
Dengan
apa ku balas kebaikanmu telah menjaga dan mengajari anak-anakku.
Kau
rela tetap berdiri menggantikanku tuk melindungi mereka dari terik mentari.
Kau
rela tetap terjaga menggantikanku saat gelap malam merasuki mimpi mereka.
Kau
rela menungguku dengan setia.
Meski
hatimu merasa sangat sepi tanpa cinta dan sayangku.
Ku
tahu kau bukan wanita terhebat yang ku kenal.
Kau
bukan wanita termegah.
Kau
bukan wanita sempurna.
Kau
bukan wanita paling tangguh.
Tapi
aku takkan pernah sedikitpun berpaling darimu.
Karena
cinta dan sayangku padamu.
Bukan
lantaran hebatnya.
Bukan
lantaran megahnya.
Bukan
lantaran sempurna atau tangguhnya.
Tapi
lantaran engkau adalah ibu yang baik untuk anak-anakku.
Dan
istri yang baik pula untuk menuntunku menuju surga.
Jadi
maafkanlah jika aku dan anak-anakku sering membuat relung hatimu terluka.
Sebenarnya
tak perlu ku meminta maaf padamu.
Karena
aku yakin.
Engkau
akan memaafkan terlebih dahulu sebelum kami memintanya.
UNTUK
KELUARGAKU
Semua
kisah pasti ada akhirnya.
Kelak
jika kalian besar nanti.
Jika
kalian bisa berdiri lebih tinggi.
Ibu
dan bapak tak mengharapkan apa apa.
Hanya
senyuman dan dekapan dari hati kalian.
Itu
saja.
Mari
kita tulis sendiri sisa kisah kehidupan ini.
Kita
tulis dengan akhir cerita.
Kita
tetap bersama-sama hidup bahagia.
Sehidup
semati selalu bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar