Sabtu, 12 November 2016

Merasa Bodoh

"Teruslah merasa bodoh. Dengan seperti itu, kamu akan terus merasa ingin belajar."
~PYSMBO~

KESUCIAN SANG BUNGA PART 2





Seluruh keluarga Melati cemas. Dari sore hingga pukul sembilan malam, Melati belum pulang juga. Hpnya pun tidak dapat dihubungi. Tidak biasanya dia seperti ini. Sarah pun menelpon satu persatu teman Melati. Tapi menurut mereka Melati sudah pulang menjelang maghrib.
Kekhawatiran keluarga Melati terjawab ketika pukul 21.30, telepon Ayah Melati berdering.
“Assalammualaikum... Iya saya sendiri, APA?!?!” Baik kami akan segera ke sana.” Ucap Ayah Melati menjawab telpon.
Ternyata itu adalah telepon dari rumah sakit, yang mengabarkan tentang keadaan Melati. Seluruh keluarga kaget mendengar berita itu dan segera berangkat ke rumah sakit.
****
Sesampai di rumah sakit Keluarga Melati semakin terkejut setelah mendengar penjelasan dari Dokter. Melati diketahui mengalami shock berat seakan-akan sedang dalam Ketakutan yang luar biasa. Melati diantarkan seorang pemuda yang sedang menunggu di kamar sebelah. Pemuda itu juga sedang dirawat karena tampaknya sangat kedinginan dan sangat lelah karena menggendong tubuh Melati.
Keluarga Melati begitu terpukul dan selalu memanjatkan do’a kepada Allah untuk keselamatan Melati. Sarah menangis sedih melihat adik perempuannya tergeletak tak berdaya di ruang perawatan. Ibu Melati pun menangis sejadi-jadinya setelah melihat keadaan Melati yang begitu lemas. Apalagi mengingat akan dilangsungkannya pernikahan Melati yang tinggal satu bulan lagi.
Sementara itu Ayah Melati dan Rijal terlihat begitu geram dengan ulah sang pelaku. Langsung saja mereka melabrak pemuda itu di kamar sebelah, di ikuti Sarah yang meninggalkan sang Ibu sendirian menemani Melati. Pemuda itu melihat Ayah Melati datang. Ayah Melati sebenarnya adalah guru ngajinya sendiri. Pemuda itu langsung turun dari tempat ia terbaring tak menghiraukan celana pendek dan kaos oblong yang Ia kenakan. Pemuda itu menunduk hormat seraya akan menjabat tangan sang  guru ngajinya, akan tetapi malah tamparan yang Ia terima. Tamparan hingga tiga kali, tapi pemuda itu tetap tak bergeming, tetap menunduk hormat. Rijal pun berinisiatif untuk memberitahukan hal ini kepada Polisi karena motor Melati juga tidak ditemukan. Tak lama berselang, Polisi sudah sampai di rumah sakit dan membawa pemuda itu ke Kantor Polisi. Sejurus kemudian laporan yang diterima oleh keluarga Melati, bahwa motor Melati sudah ditemukan.
****
Keluarga Arman memang sengaja tidak diberitahukan tentang perihal yang menimpa Melati. Sedangkan Melati masih belum siuman dan masih dirawat hingga pagi hari.
Sudah lima belas jam Melati belum sadarkan diri. Akhirnya pukul 12:00, Melati mulai membuka matanya dan perlahan-lahan menggerakkan jemarinya. Badan Melati masih terasa sangat sakit. Sehingga masih sulit untuk digerakkan. Setelah melihat keadaan Melati sedikit membaik, perawat rumah sakit mengijinkan beberapa keluarga untuk membesuknya. Ibu, Sarah dan Rijal yang terlebih dahulu masuk ke ruang perawatan Melati. Sementara Ayahnya memilih tetap tinggal di luar ruangan.
Melati masih terkulai lemah. Ibunya yang melihat keadaan Melati seperti itu, berusaha menahan air matanya dan perlahan menggenggam tangan Melati dengan penuh kasih sayang.
Dengan perlahan Melati membuka matanya dan mulai bersuara.
“Ummi…a..a..ak..aku..aku takut mi, aku takut, ucap Melati terbata-bata dan meneteskan air matanya.
Ibunya langsung memeluk tubuh anaknya itu. Melati pun menangis dalam pelukan Ibu dan Kakaknya.
“Sabar nak! Allah akan memberi ganjaran yang setimpal terhadap orang yang telah melakukan hal ini kepadamu. Ummi, Abi, Sarah dan Rijal akan selalu menemanimu, sahut Ibu Melati memberikan semangat hidup pada anaknya.
Melati langsung melepaskan pelukan Ibunya dan ganti memeluk Sarah.
“Kak, aku malu pada Arman. Aku malu..aku takut, Arman pasti tidak akan mau menikahiku, ucap Melati yang masih meneteskan air matanya.
Melati, kamu jangan berkata seperti itu. Ingat jodoh itu di tangan Allah. Maka jika Arman memang jodohmu. Kamu dan dia tetap akan menikah. Kakak yakin akan hal itu. Teruslah berdo’a dan berprasangka baiklah terhadap apa yang telah Allah berikan padamu. Karena Allah sesuai dengan prasangkaan hamba-Nya, sahut Ibu Melati berusaha untuk tegar.
Melati pun hanya diam membisu setelah mendengar nasehat dari Ibu dan Kakaknya.
Sepintar-pintarnya keluarga Melati menutupi perihal yang terjadi pada Melati, akhirnya terdengar juga oleh keluarga Arman. Merekapun segera ke rumah sakit untuk menjenguk Melati. Saat di rumah sakit, Melati tak mampu berkata apa-apa karena takut akan semua impiannya yang telah terbayang tadi, takut kalau Arman tak lagi mau menikahinya. Hanya Ibu dan Sarah beserta tetesan air mata Melati yang menjawab semua tanya keluarga Arman.
******
Beberapa hari setelah keluar dari Rumah Sakit, keadaan Melati mulai membaik. Tapi ada yang hilang dari dirinya. Melati yang dulunya ceria dan penuh semangat kini berubah menjadi wanita yang pendiam dan pemurung. Tubuhnya mungkin sembuh dari rasa sakit tapi jiwanya masih sangat perih bak tersayat pedang tajam. Pemuda itupun masih mendekam dalam tahanan Polsek terdekat. Proses selanjutnya masih menunggu informasi dari Melati, karena Melati belum terlalu banyak memberikan keterangan. Setiap kali Polisi mencari informasi darinya, Melati hanya membisu dan menangis. Polisi hanya mendapat keterangan dari beberapa warga di sekitar tempat kejadian, yang terakhir kali melihat Melati bersama dengan seorang pria.
Sedangkan Arman, semenjak semua tanyanya terjawab oleh derai air mata Melati, dia tidak pernah lagi menjeguk Melati bahkan sekedar menelpon untuk menanyakan kabar Melati. Arman seperti hilang dari permukaan bumi.
Keluarga Melati pun tak henti-hentinya memberi semangat padanya atau berusaha membuat Melati tersenyum. Melihat keadaan Melati yang seperti ini, akhirnya Ayah Melati berkerja sama dengan pihak kepolisian mendatangkan seorang Psikiater untuk memberikan perawatan terhadap Melati.
Assalamualaikum Selamat siang Pak.. saya dari pihak kepolisian. Saya membawa seorang Psikiater yang dapat membantu Bapak dalam merawat saudari Melati. Ini untuk kebaikan kita bersama, kami sangat memerlukan keterangan yang lengkap dari saudari Melati. Agar kami bisa memproses pelakunya, ucap seorang Polisi yang siang itu datang ke kediaman Melati.
Waalaikumsalam, terima kasih Pak, jawab Ayah Melati.
“Selamat siang Pak. Perkenalkan saya Dokter David Suseno,”  ucap pria yang berada di sebelah Polisi tadi. Pria bermata sipit berwajah tampan seperti artis film korea dan bertubuh sedang itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Ayah Melati.
Selamat siang juga. Saya Haji Husin, Ayahnya Melati. Sebelumnya terima kasih karena Nak David sudah berkenan merawat anak Bapak,sahut Ayah Melati seraya bersalaman.
“Nak David ini adalah Psikiater muda yang sudah berpengalaman menangani kasus seperti ini. Karena itu pihak kami mempercayakan perawatan saudari Melati padanya, karena kami yakin saudari Melati dapat segera sembuh di dalam perawatannya,puji Polisi tadi.
*****
Satu minggu dalam perawatan Dokter David, Melati mulai membaik. Dia mulai bisa tersenyum kembali. Selama satu minggu itu Dokter Melati melakukan terapi-terapi pada Melati. Meski Dokter David berbeda agama, tetapi Dokter David cepat belajar dan memahami batas-batas yang diperbolehkan menurut ajaran Islam terhadap wanita yang bukan muhrimnya, Dokter David kini ibarat sahabat bagi Melati.
Setelah kejiwaan Melati mulai membaik, Polisi mencoba menggali keterangan lebih lanjut pada Melati. Kali ini Polisi sendiri yang mendatangi kediaman Melati untuk mendapat keterangan tersebut. Hal ini atas permintaan Dokter David, dia ingin Melati merasa aman saat memberitahu tentang sang pelaku. Kemudian Melati diberi beberapa pertanyaan oleh seorang Polisi.
Dengan ditemani Dokter David dan Sarah, Melati mulai menceritakan tentang kejadian malam itu. Wajah Melati terlihat begitu gelisah saat bercerita. Sarah dan Dokter Melati terus-menerus menenangkannya. Semua telah Ia jelaskan pada Polisi tentang kronologis kejadian malam itu.
“Lalu, apakah saudari mengenali pelakunya??” Tanya seorang Polisi.
Tubuh Melati langsung gemetar ketika Polisi menanyakan hal itu. Sarah yang ada di sampingnya langsung memeluk dirinya.
Melati, tenang. Kalau kamu belum siap memberi keterangan itu. Kita cukupkan saja penyidikan hari ini, ucap Dokter David.
Melati melepaskan diri dari pelukan kakaknya.
“Aku tidak ingin pelakunya berkeliaran di luar mencari mangsa yang baru. Cukup aku saja yang mengalami hal seperti ini, sahut Melati.
Melati mengambil nafas dalam-dalam, berusaha menguatkan diri.
“Jaki... Jaki pelakunya. Jaki anak pak Umar. Dia pria penggangguran di daerah ini. Dia sering mabuk-mabukkan di ujung komplek, ucap Melati sambil memegang tangan Sarah dan menggigit bibirnya.
Lantas pemuda itu? Tanya Sarah.
Dia orang yang menolongku Kak. Dia yang rela kedinginan hingga menahan lelahnya untuk menggendong dan mengantarkanku ke rumah sakit,” jelas Melati.
Sarah yang mendengar hal itu sangat terkejut. Ternyata yang akan memperkosa adiknya adalah warga daerah ini juga. Setelah mendapatkan banyak keterangan dari Melati, Polisi pun langsung mencari pelakunya. Pemuda yang di dalam tahanan pun akan di bebaskan. Atas permintaan Ayah Melati, Rijal sendiri yang disuruh menjemput pemuda itu di Kantor Polisi, untuk di bawa ke rumah mereka, karena Ayah Melati ingin meminta maaf atas perlakuannya. 

***BERSAMBUNG***

Kamis, 10 November 2016

PADDAMAN PANDHE

 









Di antara canda tawa bocah nakal berebut bola.
Dan tarian bambu saat di terpa semilir angin.
Aku duduk sendiri di hamparan ilalang.
Yang menghiasi bangunan Jembatan tua di desaku.
Meski tak lagi megah.
Namun selaksa peristiwa masih terukir di puing-puing batu yang tersisa.
Mengajak hati tuk sejenak melupakan kemunafikan jaman.
Meski tak lagi mampu menopang.
Namun tetap angkuh menantang kebosanan hidup yang acap kali hempaskan beribu dongeng dengan drama lakon terluka.
Dari situ ku lihat jelas senja jingga mengantarku untuk Mencari makna kebersamaan.
Mencari arti kehidupan.
Tapi sudut pandangku tak lagi melihat mentari Saat ia mulai tenggelam bersama nyanyian alam.
Karena terhalang pohon bambu yang menjulang tinggi.
Yang sebentar lagi pucuknya kan menyapa bulan yang perlahan mulai mendaki.
Membiasi gemericik sungai.
Mencumbu perahu nelayan yang tertambat di batang mengkudu yang menjadi pagar sungaiku.
Sambung menyambung membelah desaku hingga ciptakan lukisan alam yang selalu mengajak hati untuk selalu kembali.
Walaupun kita berada di balik awan.
Surau tuapun teriakkan syair mantra merayu jiwa tuk selalu kembali kepada yang ESA.
wahai sahabat.
Ingatlah...!!
Meski desa ini tak lagi haturkan senyuman abadi.
Meski hati ini pernah sakit tak terobati.
Namun kembalilah.
Karena di desa ini kita terlahir.
Dari desa inilah kita melangkah pergi.
Dan di desa inilah  kita akan kembali.
Desa pande yang selalu berseri bersama jembatan tua dan lukisan alamnya.
Karena hanya di desa inilah kita akan selalu merasa ada.
Selalu merasakan kekeluargaan.
Apalagi saat segenggam nasi terhampar di daun pisang berhias ikan belanak untuk kita nikmati bersama.
Kembalilah teman.
Karena kitalah paddaman pandhe tetap berdiri menanti.
Tuk menemani hari hari kita.
Maka...
Tulislah sendiri sisa kisah kehidupan ini.
Jangan biarkan desa pandhe dan jembatan tuanya mati.
Jagalah hingga anak cucuk kita tau betapa kokohnya mereka berdiri.
Untuk mendampingi kita hingga dapat membanggakan diri.


Pysmbo