Seluruh keluarga Melati
cemas. Dari sore hingga pukul sembilan malam, Melati belum pulang juga. Hpnya pun tidak
dapat dihubungi. Tidak biasanya dia seperti ini. Sarah pun menelpon satu
persatu teman Melati. Tapi menurut
mereka Melati
sudah pulang menjelang maghrib.
Kekhawatiran keluarga Melati terjawab ketika pukul 21.30, telepon Ayah Melati berdering.
“Assalammualaikum... Iya saya sendiri, APA?!?!” Baik kami akan segera ke
sana.” Ucap Ayah Melati menjawab telpon.
Ternyata itu adalah telepon dari rumah sakit, yang mengabarkan tentang
keadaan Melati.
Seluruh keluarga kaget mendengar berita itu dan segera berangkat ke rumah
sakit.
****
Sesampai di rumah sakit Keluarga Melati semakin terkejut setelah mendengar
penjelasan dari Dokter.
Melati
diketahui mengalami
shock berat seakan-akan sedang
dalam Ketakutan
yang luar biasa. Melati
diantarkan seorang pemuda
yang sedang menunggu di kamar sebelah. Pemuda itu juga sedang dirawat karena
tampaknya sangat kedinginan dan sangat lelah karena menggendong tubuh Melati.
Keluarga Melati
begitu terpukul dan selalu memanjatkan do’a kepada Allah untuk keselamatan Melati. Sarah
menangis sedih melihat adik perempuannya tergeletak tak berdaya di ruang
perawatan. Ibu
Melati
pun menangis sejadi-jadinya setelah melihat keadaan Melati yang begitu
lemas. Apalagi mengingat akan dilangsungkannya pernikahan Melati yang tinggal
satu bulan lagi.
Sementara itu Ayah Melati dan Rijal terlihat begitu geram dengan ulah sang
pelaku. Langsung
saja mereka melabrak
pemuda itu di kamar sebelah, di ikuti Sarah yang meninggalkan sang Ibu sendirian
menemani Melati. Pemuda itu
melihat Ayah Melati datang. Ayah Melati sebenarnya
adalah guru ngajinya sendiri. Pemuda itu langsung turun dari
tempat ia terbaring tak menghiraukan celana pendek dan kaos oblong yang Ia kenakan. Pemuda itu menunduk hormat seraya akan
menjabat tangan sang guru ngajinya, akan tetapi malah
tamparan yang Ia
terima. Tamparan
hingga tiga kali, tapi pemuda itu tetap tak bergeming, tetap menunduk hormat. Rijal pun
berinisiatif untuk memberitahukan hal ini kepada Polisi karena motor Melati juga tidak
ditemukan. Tak lama berselang, Polisi sudah sampai di rumah sakit dan membawa pemuda
itu ke Kantor
Polisi. Sejurus kemudian laporan yang diterima oleh
keluarga Melati,
bahwa motor Melati
sudah ditemukan.
****
Keluarga Arman
memang sengaja tidak diberitahukan tentang perihal yang menimpa Melati.
Sedangkan Melati
masih belum siuman dan masih dirawat hingga pagi hari.
Sudah lima belas jam Melati belum sadarkan diri. Akhirnya pukul 12:00, Melati mulai
membuka matanya dan perlahan-lahan menggerakkan jemarinya. Badan Melati masih terasa
sangat sakit. Sehingga masih sulit untuk digerakkan. Setelah melihat keadaan Melati sedikit
membaik, perawat rumah sakit mengijinkan beberapa keluarga untuk membesuknya.
Ibu, Sarah dan Rijal
yang terlebih dahulu masuk ke ruang perawatan Melati. Sementara Ayahnya memilih tetap
tinggal di luar ruangan.
Melati
masih terkulai lemah. Ibunya yang melihat keadaan Melati seperti itu,
berusaha menahan air matanya dan perlahan menggenggam tangan Melati dengan penuh
kasih sayang.
Dengan perlahan Melati
membuka matanya dan mulai bersuara.
“Ummi…a..a..ak..aku..aku takut mi, aku takut,” ucap Melati terbata-bata dan meneteskan air matanya.
Ibunya langsung memeluk tubuh anaknya itu. Melati pun menangis
dalam pelukan Ibu dan Kakaknya.
“Sabar nak! Allah akan memberi ganjaran yang
setimpal terhadap orang yang telah melakukan hal ini kepadamu. Ummi, Abi, Sarah
dan Rijal akan selalu menemanimu,” sahut Ibu Melati memberikan semangat hidup pada
anaknya.
Melati
langsung melepaskan pelukan Ibunya dan ganti memeluk Sarah.
“Kak, aku malu pada Arman. Aku malu..aku
takut, Arman pasti tidak akan mau menikahiku,” ucap Melati yang masih meneteskan air matanya.
“Melati, kamu jangan berkata seperti itu. Ingat jodoh itu di tangan Allah. Maka jika Arman memang jodohmu. Kamu
dan dia tetap akan menikah. Kakak yakin akan hal itu. Teruslah berdo’a dan berprasangka baiklah terhadap
apa yang telah Allah berikan padamu. Karena Allah sesuai
dengan prasangkaan hamba-Nya,” sahut Ibu Melati berusaha
untuk tegar.
Melati
pun hanya diam membisu setelah mendengar nasehat dari Ibu dan Kakaknya.
Sepintar-pintarnya keluarga Melati menutupi perihal yang terjadi pada Melati,
akhirnya terdengar juga oleh keluarga Arman. Merekapun segera ke rumah sakit untuk menjenguk Melati. Saat di rumah
sakit, Melati
tak mampu berkata apa-apa karena takut akan semua impiannya yang telah terbayang
tadi, takut kalau Arman
tak lagi mau menikahinya. Hanya Ibu dan Sarah beserta tetesan air mata Melati yang
menjawab semua tanya keluarga Arman.
******
Beberapa hari setelah keluar dari Rumah Sakit, keadaan Melati mulai
membaik. Tapi ada yang hilang dari dirinya. Melati yang dulunya ceria dan penuh
semangat kini berubah menjadi wanita yang pendiam dan pemurung. Tubuhnya
mungkin sembuh dari rasa sakit tapi jiwanya masih sangat perih bak tersayat
pedang tajam. Pemuda itupun masih mendekam dalam tahanan Polsek
terdekat. Proses
selanjutnya masih menunggu informasi dari Melati, karena Melati belum
terlalu banyak memberikan keterangan. Setiap kali Polisi mencari
informasi darinya, Melati
hanya membisu dan menangis. Polisi hanya mendapat keterangan dari beberapa
warga di sekitar tempat kejadian, yang terakhir kali melihat Melati bersama
dengan seorang pria.
Sedangkan Arman, semenjak semua tanyanya terjawab oleh derai air mata Melati, dia tidak
pernah lagi menjeguk Melati
bahkan sekedar menelpon untuk menanyakan kabar Melati. Arman seperti hilang dari permukaan
bumi.
Keluarga Melati
pun tak henti-hentinya memberi semangat padanya atau berusaha membuat Melati tersenyum.
Melihat keadaan Melati
yang seperti ini, akhirnya Ayah Melati berkerja sama dengan pihak
kepolisian mendatangkan seorang Psikiater untuk memberikan perawatan terhadap Melati.
“Assalamualaikum Selamat siang Pak.. saya dari pihak kepolisian. Saya membawa seorang Psikiater yang dapat membantu Bapak dalam merawat saudari Melati. Ini untuk kebaikan kita bersama, kami sangat
memerlukan keterangan yang lengkap dari saudari Melati. Agar kami bisa memproses pelakunya,” ucap seorang Polisi yang siang itu datang ke kediaman Melati.
“Waalaikumsalam, terima kasih Pak,” jawab Ayah Melati.
“Selamat siang Pak. Perkenalkan saya Dokter David Suseno,” ucap pria yang
berada di sebelah Polisi
tadi. Pria bermata sipit berwajah tampan seperti artis film korea dan bertubuh
sedang itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Ayah Melati.
“Selamat siang juga. Saya Haji Husin, Ayahnya Melati. Sebelumnya terima kasih karena Nak David sudah berkenan merawat anak Bapak,” sahut Ayah Melati seraya bersalaman.
“Nak David ini adalah Psikiater
muda yang sudah berpengalaman menangani kasus seperti ini. Karena itu pihak
kami mempercayakan perawatan saudari Melati padanya, karena kami yakin saudari Melati dapat segera sembuh di dalam perawatannya,” puji Polisi tadi.
*****
Satu minggu dalam perawatan Dokter David, Melati mulai membaik. Dia mulai bisa
tersenyum kembali. Selama satu minggu itu Dokter Melati melakukan terapi-terapi pada Melati. Meski Dokter David berbeda agama,
tetapi
Dokter
David cepat belajar dan memahami batas-batas
yang diperbolehkan
menurut ajaran Islam
terhadap wanita yang bukan muhrimnya, Dokter David kini ibarat sahabat bagi Melati.
Setelah kejiwaan Melati
mulai membaik, Polisi
mencoba menggali keterangan lebih lanjut pada Melati. Kali ini Polisi sendiri
yang mendatangi kediaman Melati
untuk mendapat keterangan tersebut. Hal ini atas permintaan Dokter David, dia ingin Melati merasa aman
saat memberitahu tentang sang pelaku. Kemudian Melati diberi beberapa pertanyaan oleh
seorang Polisi.
Dengan ditemani Dokter
David
dan Sarah, Melati
mulai menceritakan tentang kejadian malam itu. Wajah Melati terlihat
begitu gelisah saat bercerita. Sarah dan Dokter Melati terus-menerus menenangkannya. Semua telah Ia jelaskan
pada Polisi
tentang kronologis kejadian malam itu.
“Lalu, apakah saudari mengenali pelakunya??”
Tanya seorang Polisi.
Tubuh Melati
langsung gemetar ketika Polisi
menanyakan hal itu. Sarah yang ada di sampingnya langsung memeluk dirinya.
“Melati, tenang. Kalau kamu belum siap memberi keterangan itu. Kita cukupkan
saja penyidikan hari ini,” ucap Dokter David.
Melati
melepaskan diri dari pelukan kakaknya.
“Aku tidak ingin pelakunya berkeliaran di
luar mencari mangsa yang baru. Cukup aku saja yang mengalami hal seperti ini,” sahut Melati.
Melati
mengambil nafas dalam-dalam, berusaha menguatkan diri.
“Jaki... Jaki pelakunya. Jaki anak pak Umar. Dia pria penggangguran di daerah
ini. Dia sering mabuk-mabukkan di ujung komplek,” ucap Melati sambil memegang tangan Sarah dan menggigit bibirnya.
“Lantas
pemuda itu?” Tanya Sarah.
“Dia
orang yang
menolongku Kak. Dia yang rela kedinginan hingga menahan lelahnya
untuk menggendong dan
mengantarkanku ke rumah sakit,” jelas Melati.
Sarah yang mendengar hal itu sangat terkejut. Ternyata yang akan
memperkosa adiknya adalah warga daerah ini juga. Setelah mendapatkan banyak
keterangan dari Melati, Polisi pun
langsung mencari pelakunya. Pemuda yang di dalam tahanan pun akan di
bebaskan. Atas
permintaan Ayah Melati, Rijal sendiri
yang disuruh menjemput pemuda itu di Kantor Polisi, untuk di bawa ke rumah mereka, karena Ayah
Melati ingin meminta maaf
atas perlakuannya.
***BERSAMBUNG***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar