Setelah beberapa minggu, Melati tampak sudah sangat sembuh dari derita
yang dialaminya. Kemudian Melati
dan Dokter David sekali lagi menemui Jaki di salah satu ruangan kosong di kantor
polisi. Dalam
pertemuan itu sudah tak ada lagi takut yang menghantui Melati, kali ini malah
merasa kasian kepada Jaki yang terlihat sangat kurus selama berada di tahanan.
Untuk pertemuan pertama pasca kesembuhan Melati yang telah pulih total
ini, Dokter David masih membatasi dengan obrolan ringan. Tiga
minggu selanjutnya Dokter David kembali mengatur jadwal pertemuan serius antara Melati dan Jaki, untuk
memperoleh satu informasi penting dari Jaki. Dalam pertemuan itu awalnya dihadiri
Melati, Dokter David dan beberapa polisi, namun karena Jaki tetap akan
memberitahukan informasi itu hanya kepada Melati maka Jaki meminta kepada semua
yang hadir agar meninggalkan Melati dan Jaki berdua.
Melatipun setuju akan hal itu, maka yang lain menunggu dan melihat Jaki
dan Melati dari luar ruangan. Meski
sempat takut, tapi kali ini Melati sudah bisa mengatasinya, karena Melati masih
bisa melihat suaminya dan para polisi yang berada di luar ruangan.
“Melati maafkan aku,” ucap Jaki.
“Tidak apa-apa aku sudah memaafkanmu,” jawab Melati.
“Memang informasi penting apa
sehingga kamu akan memberitahukan hanya padaku?”
Tanya Melati.
“Seperti ini ceritanya,” ucap Jaki.
“Pada saat kamu hendak pergi, saat aku
menghadangmu, ternyata ada seseorang dari seberang jalan melihat kelakuan tidak
sopanku kepadamu,” lanjut Jaki.
“Lalu…..!?”
ucap Melati mulai bertanya-tanya.
“Seseorang itu melihat kita dari
dalam mobilnya, setelah kamu berlalu pergi, seseorang itu memanggilku. Dia
menawarkan sejumlah uang, menyuruhku hanya
untuk memboncengmu. Yaaa….
Hanya untuk memboncengmu berdua, sekali lagi maafkan aku, setelah kita berdua
di atas motor, entah setan mana yang membisikkanku untuk melakukan itu, mungkin
karena aku masih dalam pengaruh alkohol,”
ucap Jaki menjelaskan semua awal kisah kejadian itu.
Melati terdiam, air matanya kembali menetes deras. Melihat
itu Dokter David segera akan masuk ke dalam ruangan, tapi buru-buru ditahan
oleh seorang polisi.
“Biarkan dulu Dok, biarkan Melati mengatasi ini
sendiri,” ucap Polisi itu. Dokter Davidpun menurutinya.
Kemudian kembali fokus melihat Melati.
“Katamu,
bahwa kamu disuruh dan dibayar seseorang,”
Tanya Melati kembali kepada Jaki.
“Iya
aku disuruh,” jawab Jaki.
“Siapa
yang menyuruhmu?” Tanya Melati lagi.
“Maafkan
aku Melati, aku tidak sempat menanyakan siapa namanya, yang aku tahu dia seorang laki-laki berumur sekitr 40 tahun-nan. Dia
memiliki tato huruf R di leher sebelah kiri tepat di bawah telinganya,” jelas Jaki.
Setelah itu mereka kembali ke obrolan biasa, memperbolehkan Dokter David
dan para polisi kembali masuk ke dalam ruangan. Melati dan Dokter David pun kembali
pulang, Jakipun di bawa kembali ke ruang tahanan untuk melanjutkan masa
tahanannya. Sejak saat itu juga Melati tak
lagi menemui Jaki.
Sesampai di rumah Dokter David menanyakan tentang obrolan itu, tapi Melati
nampaknya masih enggan menceritakannya. Sedangkan para Polisi tak lagi repot-repot
meminta keterangan kepada Melati, karena semua obrolan itu terekam dan sudah menjadi
barang bukti bagi Polisi.
*****
Beberapa minggu kemudian,
pada saat semua keluarga berkumpul, barulah Melati menceritakan semua informasi
yang sudah disampaikan oleh Jaki. Semua
keluarga kaget mendengar penuturan Melati tersebut. Tapi tetap saja semua menjadi
pertanyaan yang tak terjawab. Siapa laki-laki yang menyuruh Jaki
yang mempunyai tato R di lehernya ini. Pihak polisipun seakan-akan
menemukan jalan buntu untuk menguak kasus Melati. Akhirnya pihak keluarga tak
begitu memikirkan permasalahan itu, terlebih lagi kini Melati sedang hamil.
Sebelum Melati melahirkan, Melati dan segenap keluarga mendengar
berita dari televisi bahwa Arman akan melangsungkan pernikahan dengan gadis
cantik anak pengusaha batu bara. Dan pernikahannya ini akan disiarkan
langsung di televisi local. Mendengar berita itu, jantung Melati sempat
berdegup dengan kencang, karena baginya Arman adalah cinta pertamanya. Namun
cepat-cepat Melati bangun dari kenyataan, bahwa sudah ada Dokter David yang
sangat menyayanginya, juga sebentar lagi mereka akan dikarunia seorang anak.
Pernikahan Armanpun digelar, tapi hanya ayah dan ibu Melati yang
diundang. Meski pernah disakiti, namun mereka tetap menghadiri pernikahan itu. Bagi Melati tetap saja menjadi
tontonan menarik di layar televisi, seorang pemuda tampan anak dari seorang pejabat menikahi seorang gadis
cantik anak dari pengusaha batu bara. Selama melihat tayangan itu, Melati
sempat membayangkan betapa bahagianya seandainya dialah yang menjadi mempelai
wanitanya, tapi sekali lagi Melati mampu keluar dari mimpi itu, kini Melati
jauh lebih tegar.
******
Beberapa bulan kemudian, Melati melahirkan bayi perempuan dengan
selamat. Dia
diberi nama Shania Fatma Wardani Jabbar,
nama Jabbar sengaja di sisipkan atas permintaan Melati, karena nama itu adalah
nama pahlawannya.
Karena sang pahlawan berada di desa
lain, juga karena dia dari kalangan orang yang berekonomi rendah, maka Melati
sendirilah yang meminta pada suaminya untuk memberitahukan berita bahagia atas
kelahiran anaknya. Itupun
setelah usia anak Melati sudah berumur 3 bulan. Kehadiran
Melati di rumah Ibu
Fatimah diterima dengan semerbak senyuman, karena Ayah Melati termasuk Ustadz panutan dan banyak mempunyai murid dari desa itu. Mendadak
rumah Ibu Fatimah yang sederhana itu dipenuhi oleh
para tetangga yang ingin bersalaman dengan Melati, Putri dari Ustadz Husin.
Juga ingin melihat Shania.
******
Waktu terus berganti, Shaniapun
tumbuh menjadi gadis cantik. Dengan adanya Shania, Jabbar dan Ibunya sering menjenguk Shania. Ibu Fatimah menganggap Shania adalah cucunya sendiri.
Hingga suatu hari Shania mengalami demam, Melati dan Dokter David
membawanya ke Rumah Sakit terbesar di kota itu. Sesampai di Rumah Sakit, disalah
satu ruangan yang bertuliskan “poli kandungan”, di depan pintunya berdiri
seorang laki-laki dengan memakai setelan jas. Sepertinya di dalam ada orang dari kalangan penting yang mau melahirkan. Laki-laki
yang memakai setelan jas itu seakan-akan sedang berjaga-jaga, saat melintas,
tanpa sengaja Melati melihat dari kejauhan laki-laki yang berdiri di depan
pintu itu memiliki tato R di lehernya. Tapi karena Melati panik dan
sedang membawa Shania ke Dokter spesialis anak, Melati tak menghiraukan lelaki
yang berdiri di depan pintu itu.
Setelah Shania ditangani Dokter, dan
kondisinya pun mulai membaik, Melati memberitahukan Sarah
agar ke Rumah Sakit, sekalian mengajak Jabbar
agar ikut ke Rumah Sakit. Tak
lama berselang, Sarah datang bersama Ibu Melati dan Jabbar. Dokter David yang sedari tadi
mengelus rambut putrinya itu, sampai tak menghiraukan kedatangan Sarah dan
keluarga. Setelah
itu, Melati memberi isyarat pada Jabbar untuk menjauh dari tempat tidur
Shania. Melihat
ada yang mencurigakan, Sarah ikut menjauh dan mendekati Melati yang sedang
berbicara dengan Jabbar.
“Ada
apa Melati?” Tanya
Sarah.
“Kakak
ingat apa yang aku ceritakan dulu, Jaki pernah menyebutkan bahwa dia disuruh
disuruh dan dibayar oleh seseorang yang mempunyai tato R di lehernya,” ucap Melati menjelaskan kepada
Sarah.
“Iya, terus?”
Tanya Sarah kembali.
“Tadi
sewaktu aku masuk ke sini,
sepertinya aku melihat seseorang yang berdiri di depan pintu dengan tato R di
lehernya di poli kandungan. Jadi aku akan menyuruh Jabbar ke sana untuk memastikan apakah
itu benar tato yang sama atau tato yang lain,” jelas Melati kembali.
Sarah dan Jabbarpun
mengerti. Lalu Jabbar langsung meluncur ke tempat yang di tuju, sedangkan Melati dan Sarah
kembali bergabung bersama Ibu
dan Dokter David yang masih di samping Shania. Jabbar sudah berada di tempat
yang dimaksud, lelaki itu masih berdiri di depan pintu. Untuk
lebih sekedar melihat tatonya, Jabbar malah ingin tahu siapa yang ada di dalam
ruangan tersebut, Jabbarpun langsung ingin masuk ke dalam ruangan, tapi belum sampai tangannya
memegang pintu, lelaki bersetelan jas itu
sudah mencegahnya.
“Maaf
Dik, masih ada pertemuan penting
di dalam” ucap lelaki itu.
“Tapi
pak, istriku ada di dalam,” jawab Jabbar.
“Tidak
apa-apa, tunggu aja di luar,” ucap lelaki itu lagi sambil mempersilahkan Jabbar
duduk di kursi di depannya. Lelaki itu sangat sopan, tapi
tetap saja membuat Jabbar agak kesal. Akhirnya Jabbar kembali ke kamar Shania
dengan hanya mendapat sedikit informasi.
“Gimana Bar?”
Tanya Sarah.
“Positif
Mbak,” jawabnya.
Merekapun lalu berbincang–bincang seadanya, setelah beberapa jam Shania
mendapatkan perawatan di Rumah Sakit itu.
Shania sudah dinyatakan sembuh, Shania hanya terkena demam biasa dan diperbolehkan
untuk pulang.
Sesampainya di rumah dan setelah membereskan tempat tidur Shania, Melati
menemui Sarah dan Jabbar yang berada di ruang tamu. Tak
lama berselang, Dokter David juga ikut bergabung, di situlah Melati bercerita
kepada suaminya, tapi tetap saja semua menemukan jalan buntu. Dengan apa menjerat lelaki
bertato itu, kepada siapa dia bekerja. Tiba-tiba Melati teringat tentang
sesuatu, lalu meminta suaminya untuk ke studio televisi lokal untuk meminjam
rekaman acara pernikahan Arman. Karena
menurut Dokter David hal itu akan sangat sulit, maka Dokter David
meminta bantuan dari pihak kepolisian.
*** BERSAMBUNG ***