Sungguh diriku tak tau lagi harus
bagaimana.
Aku lelah memandang kekosongan hati.
Baru saja ku temukan cinta.
Tapi takdir merenggutnya.
Kau tanamkan cerita dusta.
Kau siksa setia dengan kemunafikan.
Kau caci nurani dengan janji yg
teringkari.
Lalu....!!
Saat luka menjadi abadi.
Kau meratap ingin kembali.
Kau sanjung hingga hinakan diri.
Apa memang seperti itu cinta.
Saat berdusta.
Berani lantangkan jangan ajari aku
tentang sumpah setia.
Saat sendiri.
Tersipu bisikkan kata apa kau tega
membuatku sepi.
Apa memang seperti itu cinta.
Mampu merubah hati lembut menjadi
belati tumpul berkarat yang siap di tikamkan.
Mampu merubah bahagia menjadi dendam
yang selalu mengancam.
Apa memang seperti itu cinta.
Bisa membuat hati yang tak lagi
menyukai.
Tapi begitu sulit untuk membenci.
Maaf cinta.
Meski pesonamu masih mengikat erat
jiwaku.
Namun biarlah semua rayuanmu terbenam
bersama janji yang telah usang.
Biarlah semua kenangan itu terkubur
bersama luka.
Meski aku tau.
Luka tak bisa di sembuhkan oleh waktu.
Namun biarlah waktu ku rajut untuk
menutupi bekas luka itu.
Hingga waktu memberitahu.
Untuk siapa cinta sejatiku.
Note:
Puisi
ini pernah diikutsertakan dalam lomba penulisan puisi yang
diselenggarakan oleh Penerbit Indie Sabana Pustaka dengan tema Bebas
(Agustus 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar