Aku yang letih menghadapi kenyataan
hidup.
Malam ini tak ada satupun yang
menemani.
Ingin ku bercerita dengan bintang.
Tapi mereka membisu.
Ingin ku bicara dengan rembulan.
Tapi dia tak lagi tampakkan diri.
Yang ada hanya bisikan bayu yang
bercanda dengan jelaga.
Belai telingaku.
Sadarkan anganku.
Bahwa masih banyak pertanyaan waktu
yang belum terjawab.
Tapi aku tak tertarik dengan pertanyaan
itu.
Aku tak tertarik dengan cerita yang
berlebihan.
aku lebih suka apa adanya.
Lebih suka dengan apa yang kurasakan.
Inilah aku.
Yang selalu menerima beban hidup dengan
ratapan air mata dan jiwa yang tegar.
yang selalu menerima beban tugas dengan
sedu sedan air mata dan raga yang lapang.
yang selalu menerima beban asmara
dengan endapan air mata dan hati yang terdiam.
Aku juga terlahir dengan tak tersaji
indah.
Jika kamu tidak menyukainya.
Jadi mohon maaf saja.
Karena Aku akan tetap seperti itu.
menjadi diriku sendiri.
melakukan apa yang membuatku senang.
Hingga waktu tak lagi berputar pada
porosnya.
Untuk memisahkan aku dan kenanganku.
Tapi sebelum waktu membelaiku.
Meski aku tak pernah kau hargai.
Aku akan selalu memaafkanmu.
Bukan karena wajahmu.
Bukan karena hartamu.
Tapi....!!!
Karena senyumanmu.
Note:
Puisi ini pernah diikutsertakan dalam lomba penulisan puisi yang diselenggarakan oleh Penerbit Indie Sabana Pustaka dengan tema Bebas (Agustus 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar