Senin, 26 Desember 2016

Tugu, Kamboja dan Luka di Pundak Lelaki Tua



Siang itu di bawah tugu desa yang masih tegak berdiri meski tampak rapuh.
Dan bunga kamboja putih yang mulai bersemi.
Aku duduk menikmati waktu untuk berlalu.
Hidungku mencium semerbak kamboja kala teruntai sinar mentari.
Telingaku mendengar sang bayu kala menyelinap di sela-sela tugu.
Sudut pandangku melihat sosok lelaki tua sedang menyeka lelah.
Nafasnya pun kadang terlihat tersengal.
Ku lihat goresan luka di pundaknya saat ia singsingkan kain yang membalut tubuhnya.
Namun lelaki tua itu tak nampak sedikitpun merintih.
Mungkin itu adalah gambaran betapa berat beban yang dipikulnya.
Ku lihat juga dibias sinar matanya.
Tekad tuk bertahan hidup demi masa depan anaknya.
Setelah lelah menepi.
Nampak lelaki tua itu mencoba bangkit.
Terkulai.
Lalu bangkit kembali.
Lalu ku ringankan tangan tuk membantunya.
Bukan karena aku terharu.
Bukan karena aku merasa iba.
Tapi karena suatu saat nanti aku akan seperti itu.
Merasakan jalan panjang yang harus dilalui.
Tanpa tahu di mana ujung pangkalnya.
Dengan sisa tenaga.
Lelaki tua itu mampu kembali menaruh beban hidup di pundaknya.
Langkahnya gontai terbalut darah.
Tapak kaki yang dulu kekar kini tampak legam terbakar nanah.
Punggung yang dulu tegap.
Kini mulai membungkuk dan gemetar.
Namun tetap saja semangatnya tak pernah pudar.
Tetap setia memapah beribu harapan.
Kemudian ia berpesan padaku.
Aku berjuang demi untuk melihat anakku bahagia.
Sebentar lagi.
Kamu juga akan merasakannya.
Jadi persiapkan bekalmu.
Lalu sosok itu menghilang di balik pandangan.
Tak lama berselang.
Sosok pemuda nampak berlari.
Terhenti dan menyapaku.
Di mana bapakku?
Ku tunjukkan jalan yang telah dilalui sosok tua tadi.
Maaf...aku harus bergegas menyusulnya.
Aku harus menggantikannya.
Tak peduli meski aku tak punya mimpi.
Tak peduli meski aku harus terus berlari tanpa harus berhenti.
Karena takkan berarti jika aku bahagia tapi orang tuaku telah mati.
Adzan ashar sentuh telingaku.
Sentuh sadarku bahwa semua itu benar-benar terjadi.
Lalu ku langkahkan kaki.
Tinggalkan tugu desa,bunga kamboja dan luka pada pundak lelaki tua.
Biarlah ku simpan sendiri selaksa peristiwa ini.
Untuk bekalku meniti kehidupan nanti.

~ Pysmbo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar