Bersandar pada balai bambu.
Sang bayu menyisir lembut rambutku.
Membawa bayanganmu yg bertudung sutra senja.
Di hitam sayu matamu.
Ku lihat bunga mawar di kanan.
Kembang melati di kiri.
Ketika tudung terurai.
Ikal rambutmu mengalun bergelut senda sepi menyanyi.
Lalu malam tiba tanpa permisi.
Membawa drama dalam lakon "MERIAK MURKA AIR KOLAM JIWA
YG DULU TENANG".
Drama tak berujung yg membuat bimbang seluruh pemerannya.
Awal cerita....!
Sang dara bersama ibunya menanti sang pujangga bermain di
pelataran hati.
Cerita selanjutnya....
Sang ayah tak setuju dgn hubungan mereka.
Karna sang pujangga berasal dari keturunan binatang yg
terbuang.
Binatang yg bermata merah.
Cerita lain....!
Sang pujangga tak peduli dgn semua.
Ia hanya bisa menulis, bernarasi tentang drama itu.
KITA TAK USAH BERLARI, BERLARI DAN TERUS BERLARI.
CINTA KITA BUKAN ORANG TUA YG MENJALANI.
BAHAGIA ITU DARI DIRI KITA SENDIRI.
JADI... AYO KITA BERNYANYI DAN MENARI.
Kini...!!
Sang pujangga hanya bisa duduk menanti sebuah jawaban.
Sembari berharap semoga sisa lamunannya tak di guyur hujan.
Karna malam itu mendung berarak gerimis telah menangis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar